Sejarah lontong dalam perayaan lebaran – Lontong, makanan berbahan dasar beras yang dimasak dalam daun pisang hingga padat berbentuk silinder, telah menjadi sajian khas dalam berbagai perayaan di Indonesia, termasuk Lebaran. Kehadirannya di meja makan saat Idulfitri bukan sekadar pelengkap opor ayam atau rendang, tetapi juga bagian dari sejarah panjang tradisi kuliner Nusantara.

Asal Usul Lontong di Nusantara
Sejarah lontong diyakini sudah ada sejak masa kerajaan di Jawa. Cara memasak beras dalam balutan daun pisang berkembang sebagai inovasi untuk mengawetkan makanan dan memudahkan dibawa dalam perjalanan jauh.
Beberapa sumber menyebut lontong berakar dari kebiasaan masyarakat Jawa membuat makanan beras yang tahan lama untuk bekal para pelancong, prajurit, dan pedagang. Daun pisang berperan penting sebagai pembungkus alami yang memberi aroma khas dan mencegah beras cepat basi.
Lontong dan Tradisi Lebaran
Masuknya lontong dalam perayaan Lebaran erat kaitannya dengan akulturasi budaya. Di Jawa, lontong mulai populer sebagai pengganti ketupat di beberapa daerah karena lebih praktis dibuat dan bisa disiapkan beberapa hari sebelum Lebaran.
Selain praktis, lontong juga memiliki makna simbolis:
-
Bulat dan padat melambangkan kebersamaan yang erat.
-
Warna putih di dalamnya diartikan sebagai hati yang bersih setelah Ramadan.
-
Balutan daun pisang mencerminkan kesederhanaan dan kedekatan dengan alam.
Perbedaan Lontong dan Ketupat di Momen Lebaran
Meskipun sama-sama berbahan dasar beras, lontong dan ketupat berbeda dalam bentuk, bahan pembungkus, dan proses pembuatan:
-
Ketupat dibungkus anyaman daun kelapa muda (janur) berbentuk segi empat, identik dengan tradisi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
-
Lontong dibungkus daun pisang berbentuk silinder, populer di Jawa Barat, Sumatra, dan sebagian daerah lainnya.
Hidangan Lebaran dengan Lontong
Di meja Lebaran, lontong sering disajikan dengan:
-
Opor ayam – kuah santan gurih yang menyerap sempurna ke dalam lontong.
-
Sambal goreng ati – lauk pedas manis yang melengkapi cita rasa.
-
Rendang – khas Minangkabau, menambah kelezatan lontong dengan bumbu rempah pekat.
-
Sayur lodeh – kuah sayuran santan yang ringan namun nikmat.
Lontong sebagai Simbol Kebersamaan
Dalam suasana Lebaran, lontong bukan hanya makanan, tetapi juga sarana perekat hubungan keluarga. Proses pembuatannya sering melibatkan seluruh anggota keluarga: ada yang mencuci beras, mempersiapkan daun, hingga merebus lontong berjam-jam. Aktivitas ini menjadi momen berkumpul yang mempererat silaturahmi sebelum hari raya tiba.
Perkembangan Lontong di Era Modern
Kini, lontong tidak hanya dibuat secara tradisional. Banyak orang memilih lontong instan atau menggunakan plastik tahan panas sebagai pembungkus untuk menghemat waktu. Meski demikian, lontong daun pisang tetap memiliki tempat istimewa karena aroma dan cita rasanya yang khas, membawa nostalgia perayaan Lebaran masa lalu.
Kesimpulan
Sejarah lontong dalam perayaan Lebaran mencerminkan perjalanan budaya kuliner Indonesia yang kaya akan simbol dan nilai kebersamaan. Dari bekal perjalanan hingga hidangan khas hari raya, lontong tetap menjadi bagian penting tradisi Lebaran yang tak tergantikan, melambangkan kesederhanaan, kebersihan hati, dan eratnya hubungan kekeluargaan.